Kalbarinformasi.com. Minggu, 20 Oktober 2024. Komentar tajam Bapak Paran Sakiu tentang ketiadaan perwakilan Dayak di kabinet KIM PLUS memunculkan renungan mendalam bagi masyarakat Dayak. Menurutnya, absennya perwakilan Dayak dalam struktur kekuasaan nasional saat ini adalah cerminan tantangan yang lebih besar: bahwa masyarakat Dayak harus memikirkan strategi yang radikal dan sistematis agar dapat benar-benar diperhitungkan di negeri ini. Dalam pandangannya, perjuangan ini tidak boleh bersifat reaktif atau emosional, tetapi harus terencana dengan baik demi generasi Dayak yang akan datang.
Berpikir Radikal dan Sistematis: Apa Maknanya bagi Dayak?
Paran Sakiu menegaskan bahwa masyarakat Dayak perlu meninggalkan kekecewaan dan ego sentris yang seringkali menjadi penghalang dalam mencapai kemajuan bersama. Radikalisme dalam konteks ini bukan berarti kekerasan, tetapi keberanian untuk memikirkan ulang cara-cara lama dan menciptakan strategi yang lebih kuat dan terukur. Menurutnya, berpikir radikal berarti bersih dalam hati dan cara, serta berjuang tanpa mengorbankan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa perjuangan Dayak harus didasarkan pada integritas dan ketulusan, bukan sekadar ambisi kekuasaan.
Dengan berpikir radikal dan sistematis, masyarakat Dayak akan mampu mempersiapkan diri dalam segala aspek kehidupan, baik dalam pendidikan, ekonomi, politik, maupun kebudayaan. Dayak harus menciptakan cetak biru (blueprint) yang terarah, yang akan menjadi fondasi bagi generasi mendatang untuk berkembang dan berkompetisi di tingkat nasional bahkan internasional.

Edukasi dan Mobilisasi Generasi Dayak
Salah satu poin penting yang disampaikan oleh Paran Sakiu adalah perlunya edukasi bagi generasi muda Dayak agar mereka tidak hanya sekadar bermartabat, tetapi juga memiliki kemampuan dan tidak mudah diperalat. Menurutnya, generasi Dayak harus dididik untuk menjadi kuat dan mandiri, serta tidak menjadikan kepentingan pribadi sebagai prioritas utama dalam perjuangan mereka.
Paran Sakiu juga menyerukan agar semua elemen masyarakat Dayak, mulai dari rohaniawan, intelektual, politisi, birokrat, hingga pemuka adat dan ketua ormas, bergerak bersama untuk membuka jalan bagi generasi mendatang. Kolaborasi ini penting agar masyarakat Dayak tidak lagi berpikir atau bertindak egois, seolah-olah diri mereka yang paling berkuasa atau paling pintar. Hanya dengan bersatu dan bekerja sama, masyarakat Dayak dapat menciptakan momentum untuk perubahan yang lebih besar.

Pengabaian dan Tantangan 79 Tahun
Satu hal yang sangat menggelitik dalam komentar bapak Paran Sakiu adalah pengabaian yang telah dialami oleh suku bangsa Dayak selama 79 tahun. Menurutnya, pengabaian ini harus dijadikan energi positif untuk mendorong kemajuan masyarakat Dayak ke depan. Dayak sudah menjadi bagian dari Indonesia, tetapi Indonesia belum benar-benar mengerti dan memahami Dayak, sebuah fakta yang ia sebut “miris.”
Ini menandakan bahwa perjuangan Dayak bukan hanya untuk diakui sebagai bagian dari Indonesia, tetapi untuk benar-benar dipahami dan diterima sebagai mitra yang setara dalam pembangunan bangsa. Masyarakat Dayak harus mengatasi tantangan ini dengan menunjukkan kapasitas dan kontribusi yang nyata, sehingga pada masa mendatang, Dayak akan menjadi kelompok yang dicari dan diperhitungkan dalam proses pengambilan keputusan nasional.
Kesimpulan
Komentar Paran Sakiu menggugah kesadaran masyarakat Dayak untuk berpikir lebih jauh tentang masa depan mereka. Absennya Dayak di Kabinet KIM PLUS harus menjadi momentum untuk memikirkan strategi radikal dan sistematis yang dapat membawa perubahan signifikan bagi suku bangsa Dayak. Edukasi generasi muda, kolaborasi antar elemen masyarakat, dan pemikiran yang visioner adalah kunci untuk membuka jalan bagi masa depan yang lebih cerah. Pengabaian selama 79 tahun ini harus menjadi bahan bakar untuk mencapai kemajuan, sehingga pada akhirnya Dayak tidak hanya diakui, tetapi juga diperhitungkan dengan cara yang benar-benar bermartabat.