Kalbarinformasi.com. Sabtu, 28 September 2024 adalah hari yang bersejarah di Desa Malenggang, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, sebuah upacara penting digelar untuk membuka tabir patung Panglima Nayau, sosok legendaris yang dihormati oleh masyarakat Dayak. Rombongan yang dipimpin oleh Krisantus Kurniawan, S.Sos, M.Si (Calon Wakil Gubernur No. 2), Jumadi, S.Sos, M.Pd (Ketua DPRD Kab. Sanggau) dan Edi Elimilianus Kusnadi, SH, tiba untuk menghadiri acara tersebut. Dalam suasana penuh khidmat, Bapak Krisantus memberikan penjelasan singkat tentang sejarah dan ketokohan Panglima Nayau yang dihormati karena pengabdiannya.
Bapak Krisantus mengisahkan bahwa Panglima Nayau, meskipun sudah berusia 94 tahun, masih aktif bepergian ke berbagai kabupaten di Kalimantan Barat untuk menengahi sengketa tanah adat antara masyarakat dan perusahaan perkebunan kelapa sawit. Hingga hari ini, Panglima Nayau tak pernah berniat untuk beristirahat sebelum melihat tanah adat di perbatasan Indonesia-Malaysia benar-benar terbebas dari sengketa.
Kisah ketokohan Panglima Nayau tak sulit ditemukan dari tutur lisan masyarakat, terutama di kalangan generasi tua. Panglima Nayau pertama kali diangkat sebagai panglima pada tahun 1971. Sebelumnya, ia menjadi polisi batas saat konfrontasi Indonesia-Malaysia. Ia berkali-kali ditahan di Serawak, tetapi selalu berhasil melarikan diri.
Berkat kemampuannya menyamar dan intelijen yang cakap, Panglima Nayau sering membantu tentara dalam menumpas gerakan Paraku dan PGRS di perbatasan. Atas pengabdiannya, Panglima Nayau mendapat gelar Panglima Perang Daerah Perbatasan dan pangkat kehormatan pembantu letnan dua, yang kemudian naik menjadi pembantu letnan satu pada 1983.
Selain sebagai sosok militer, Pamglima Nayau juga terkenal sebagai pejuang perdamaian, terutama saat kerusuhan antar etnis pada tahun 1997. Ia berperan penting dalam menyelamatkan ratusan warga Madura di Kabupaten Sanggau dengan menyingkirkan mereka ke hutan dan menjamin keamanan mereka. Dalam perannya sebagai mediator, ia selalu menekankan pentingnya menjaga persatuan sebagai sesama warga Indonesia.
Dalam dua dekade terakhir, Nayau menjadi garda terdepan dalam perjuangan mempertahankan hak tanah dan hutan adat masyarakat Dayak. Sebagai mediator, ia selalu berusaha menengahi konflik antara masyarakat adat dan perusahaan perkebunan. Pengaruhnya sebagai tokoh adat sangat besar, terutama dalam menjaga kelestarian hutan adat di perbatasan.
Dengan segala pengabdian dan ketokohannya, patung Panglima Nayau kini berdiri di Desa Malenggang sebagai penghormatan atas jasa-jasanya. Meski hidup dalam kesederhanaan dan dengan insentif yang terbatas, Panglima Nayau tetap menjadi inspirasi bagi masyarakat Dayak dan bangsa Indonesia.
Acara pembukaan patung oleh Cawagub Kalimantan Barat ini menjadi simbol penghormatan kepada seorang tokoh yang tak hanya berperan dalam menjaga tanah adat, tetapi juga perdamaian dan persatuan di Kalimantan Barat.
Discover more from Kalbar Informasi
Subscribe to get the latest posts sent to your email.
You must be logged in to post a comment.