Nosu Minu Podi adalah salah satu upacara adat pesta panen padi yang masih dilestarikan oleh masyarakat Dayak di Kalimantan Barat Kabupaten Sanggau di Rumah Betang Dori Mpulor. Upacara ini dilakukan sebagai rasa syukur atas hasil panen yang diperoleh, serta untuk memohon agar dewi padi (Minu Podi) mau kembali ke lumbung (Jurokng) di kampung.
Dalam upacara Nosu Minu Podi, seluruh anggota masyarakat membuat pesta di rumahnya masing-masing, dan mengadakan doa permohonan atau pengharapan agar dewi padi mau kembali ke lumbung. Hal ini dilakukan karena ladang tempat dewi padi tinggal selama masa panen akan menjadi jamih (bawas) dan hutan kembali, sehingga dewi padi harus dijemput dan diantar pulang ke lumbung.
Video : credit: Diskominfo Sanggau
Upacara Nosu Minu Podi menjadi momen penting bagi masyarakat Dayak untuk mempererat hubungan sosial dan kebersamaan dalam masyarakat. Selain itu, upacara ini juga menjadi sarana untuk mempertahankan dan melestarikan adat istiadat dan budaya masyarakat Dayak, serta sebagai bentuk ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang diperoleh.
Setiap tahun, Gawai Nosu Minu Podi diadakan di Kabupaten Sanggau pada bulan Juli, dengan mengadakan berbagai perlombaan dan permainan masyarakat adat Dayak zaman dahulu. Namun, pada tahun-tahun terakhir ini, acara Gawai Nosu Minu Podi harus ditutup di rumah betang Dori Mpulor Sanggau karena pandemi COVID-19.
Upacara Nosu Minu Podi merupakan salah satu warisan budaya yang perlu dilestarikan dan dipertahankan oleh masyarakat Dayak di Kabupaten Sanggau. Hal ini dilakukan agar budaya dan tradisi ini tetap hidup dan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya. Semoga informasi ini berguna bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang Nosu Minu Podi dan budaya masyarakat Dayak di Kalimantan Barat Khususnya Kabupaten Sunggau.